Sejarah Nol
Waclaw Sierpinski, seorang pakar Matematika yang cemerlang … cemas karena kehilangan sebuah tas bawaannya. “Tidak sayang!”, kata istrinya. “Semuanya ada enam di sini”. “Tidak mungkin”, Kata Sierpinski. “Aku telah menghitungnya berulang kali: nol, satu, dua, tiga, empat, lima.” – The Book Of Number.
Waclaw Sierpinski, seorang pakar Matematika yang cemerlang … cemas karena kehilangan sebuah tas bawaannya. “Tidak sayang!”, kata istrinya. “Semuanya ada enam di sini”. “Tidak mungkin”, Kata Sierpinski. “Aku telah menghitungnya berulang kali: nol, satu, dua, tiga, empat, lima.” – The Book Of Number.
Dalam sehari-hari, sesungguhnya kita tidak membutuhkan
angka nol, benar-benar tidak butuh. Ketika anda ditanya, ‘Punya berapa jerukkah
anda ?’, maka anda akan cenderung untuk mengatakan ‘Saya tidak punya jeruk’
ketimbang mengatakan ‘Saya mempunyai nol jeruk’. Ketika kita mempunyai seorang
adik dan ditanya ‘Berapa tahun umur adikmu itu ?’. Maka kita lebih memilih
untuk menjawab ‘Umurnya baru 1 bulan’ daripada harus menjawab dengan ’Umurnya
baru 0 tahun’. Inilah masalahnya, karena dalam prakteknya kita sama sekali
tidak memerlukan angka nol.
Maka dalam waktu yang sangat lama pada sejarah perjalanan
manusia, angka nol tidak muncul. Dan ternyata angka nol sendiri relative belum terlalu lama ditemukan, karena memang
‘tidak penting’.
Petunjuk mengenai awal manusia mengenal hitungan
ditemukan oleh arkeolog Karl Absolom tahun 1930 dalam sebuah potongan tulang
serigala – ternyata mereka lebih bernyali, karena kita lebih memilih untuk
menggunakan media kertas dibading tulang serigala – yang diperkirakan berumur
30.000 tahun.
Terserah anda akan membayangkan seperti apa 30.000 tahun
yang lalu itu dan bagaimana kita hidup jika telah dilahirkan pada masa itu.
Pada potongan tulang itu ditemukan goresan-goresan kecil
yang tersusun dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas lima. iiiii iiiii
iiiii. Entah apa yang telah dihitung oleh Manusia gua Gog. Apakah ia sedang menghitung berapa lalat yang telah ia
lahap, ataukah sudah berapa lama ia tidak mandi, entahlah. Dan pada zaman
ini angka nol sama sekali belum muncul, karena memangnya untuk apa ?
Jauh sebelum zamannya si Gog, diperkirakan manusia baru
mengenal angka satu dan banyak atau satu, dua dan banyak. Pada saat ini
ternyata masih ada yang menggunakan sistem ini, yaitu suku Indian Sirriona di
Bolivia dan orang-orang Yanoama di Brasil. Ternyata seiring berjalannya waktu,
mereka mulai merangkai angka yang sudah ada. Suku Bacairi dan Baroro memiliki
system hitung ‘satu’, ‘dua’, ‘dua dan satu’, ‘dua dan dua’, ‘dua dan dua dan
satu’, dst. Mereka memiliki system angka berbasis dua dan kita sekarang
menyebutnya dengan system biner – saat ini kita sering mempelajarinya jika kita
mempelajari system hitungan yang digunakan komputer. Saat ini pun kita
menuliskan sebelas sebagai sepuluh dan satu, dst.
Sekarang
kita menyebut
system basis lima yang digunakan si Gog adalah system quiner. Mengapa Gog
memilih lima sebagai basisnya, dan bukannya basis empat atau enam ? Toh, basis berapapun yang dipilih, maka system penghitungan
akan tetap bisa dilakukan. Tampaknya ini dipilih karena manusia
sajak dari dulu sampai sekarang memiliki lima jari di setiap tangan. Penyebutan
Baroro untuk ‘dua dan dua dan satu’ adalah ‘seluruh jari tangan saya’ dan
masyarakat Yunani kuno menyebut proses penghitungan dengan fiving –
melimakan. Tapi sampai saat itu angka nol tetap belum muncul, karena kita tidak
perlu mencatat dan mengatakan ‘nol serigala’ dan ‘nol adik kita’
bukan ?
Sejak masa Gog manusia terus mengalami kemajuan. Kembali
kita menelusuri mesin waktu, lima ribu tahun yang lalu, orang-orang Mesir mulai
membuat tanda untuk menunjukkan ‘satu’, tanda lain untuk menunjukkan ‘lima’,
dsb. Sebelum masa piramida, orang-orang Mesir kuno telah menggunakan gambar untuk
system bilangan desimal basis sepuluh, jari dua tangan saya – mereka. Bangsa
Mesir akan menggambar enam simbol untuk mencatat angaka seratus dua puluh tiga
ketimbang menggambar 123 garis. Bangsa Mesir dikenal sangat menguasai matematika.
Mereka pakar
perbintangan dan pencatat waktu yang handal dan bahkan sudah menciptakan
kalender. Penemuan sistem penanggalan matahari merupakan terobosan besar dan
ditambah dengan penemuan seni geometri . Meskipun mereka sudah mencapai
matematika tingkat tinggi, namun angka nol ternyata belum muncul juga di Mesir.
Ini dikarenakan mereka menggunakan matematika untuk praktis dan tidak
menggunakannya untuk sesuatu yang tidak berhubungan dengan kenyataan.
Kemudian kita berpindah ke Yunani. Sebelum tahun 500 SM,
mereka telah memahami matematika dengan lebih baik dibandingkan Mesir. Mereka
juga menggunakan basis 10. Orang Yunani , sebagai contoh, menuliskan angka 87
dengan 2 simbol, dibandingkan dengan Mesir yang harus menuliskannya dengan 15
simbol, yang justru mengalami kemunduran pada angka Romawi yang memerlukan 7
simbol LXXXVII. Jika bangsa Mesir menganggap matematika hanyalah alat untuk
mengetahui pergantian hari dengan sistem kalender dan mengatur pembagian lahan
dengan geometri, maka orang Yunani memandang angka-angka dan filsafat dengan
sangat serius. Zeno yang melahirkan paradoks ketertakhinggaan dan Pytagoras
yang sangat kita kenal dengan teorema segitiga
siku-sikunya yang belakangan diketahui
bahwa rumus ini sebenarnya sudah diketahui sejak 1000 tahun sebelumnya,
dilahirkan di sini. Kita juga mengenal Aristoteles dan Ptolomeus. Mereka
dikenal dengan filsafatnya yang tidak kita bahas dulu, karena akan sangat
panjangwalaupun demikian, mereka juga tidak menemukan angka nol. Angka nol
tetap belum ditemukan sampai saat ini.
Kembali ke dunia timur, Babilonia – Iraq sekarang –
ternyata memiliki sistem hitung kuno yang jauh lebih maju. Mereka menggunakan
sistem berbasis 60, seksagesimal , sehingga mereka memiliki 59 tanda.
Yang membedakan sistem ini dengan Mesir dan Yunani adalah, bahwa sebuah tanda
dapat berarti 1,60,3600 atau bilangan yg lebih besar lainnya. Merekalah yang
mengenalkan alat bantu hitung abax – soroban di Jepang, suan-pan di
China, s’choty di Rusia, coulbadi di Turki, dll yang di sini kita sebut dengan sempoa). Sistem hitung mereka
seperti sistem kita saat ini dimana 222 menunjukkan nilai ‘dua’, ‘dua puluh’
dan ‘dua ratus’. Begitu juga simbol i menunjukkan ‘satu’ atau ‘enam puluh’
dalam dua posisi yang berbeda. Orang Babilonia tidak memiliki metode untuk
menunjukkan kolom-kolom yang tepat bagi simbol-simbol tertulis, sementara
dengan abakus hal ini lebih mudah ditunjukkan angka mana yang dimaksud. Sebuah
batu yang terletak di kolom kedua dapat dibedakan dengan mudah dari batu yang
terdapat di kolom ketiga dan seterusnya. Dengan
demikian i dapat berarti 1, 60 atau 3600 atau nilai yang lebih besar. Sehingga
ii dapat lebih kacau lagi, karena bsa berarti 61, 3601, dsb. Maka diperlukan
penanda dan mereka menggunakan ii sebagai tempat kosong, sebuah kolom
kosong pada abakus. Sehingga sekarang ii berarti 61 dan iiii berarti
3601. Walaupun mereka telah menemukan penanda kolom kosong dengan ii, namun
sesungguhnya angka nol tetap saja belum muncul pada kebudayaan ini.ii tetap
tidak mempunyai nilai numerik tersendiri.
Maka ketika kita meninggalkan kebudayaan-kebudayaan di
atas, tetap saja belum kita temukan angka nol dan dari titik ini kita akan
mengalami percabangan untuk menentukan siapa sebenarnya penemu sang angka nol.
Asal mula matematika di India masih samar. Sebuah teks yang ditulis pada tahun
476 M menunjukkan pengaruh matematika Yunani, Mesir dan Babilonia yang dibawa
Alexander saat penaklukannya. Suatu ketika pakar Matematika India mengubah sistem hitung mereka dari sistem Yunani ke
Babilonia tetapi berbasis sepuluh. Namun dari referensi pertama bilangan Hindu
yang berasal dari seorang Uskup Suriah pada tahun 662 menyebutkan bahwa mereka
menggunakan 9 tanda dan bukannya sepuluh.
Dengan
jatuhnya kekaisaran Romawi pada abad VII, Barat pun mengalami kemunduran dan Timur
mengalami kebangkitan. Selama bintang Barat tenggelam di balik cakrawala,
bintang lainnya terbit, Islam.
Setelah
Rasulullah Muhammad saw wafat maka dimulailah masa Khulafur Rasyidin yang
dipimpim oleh Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq ra, Amirul Mukminin Umar Bin
Khattab Al Faruq ra, Amirul Mukminin Usman Bin Affan Dzunnurrain ra dan Amirul
Mukminin Ali Bin Abi Thalib kw. Dan saat ini Islam telah tersebar mencapai
Mesir, Suriah, Mesopotamia dan Persia dan juga Yerusalem. Pada tahun 700 M,
Islam telah mencapai sungai Hindus di Timur dan Algiers di Barat. Tahun 711 M,
Islam telah menguasai Spanyol sampai ke wilayah Prancis dan di tahun 751 M
telah mengalahkan Cina. Dan di Spanyol yang lebih dikenal dengan Andalusia,
mengalami puncak kejayaanya pada abad VIII.
Pada
abad IX, Khalifah Al Ma’mun mendirikan perpustakaan megah, Bayt Al Hikmah –
Rumah Kebijaksanaan. Dan salah satu ilmuwan terkemukannya adalah Muhammad Ibnu
Musa Al Khawarizmi. Tulisan pentingnya antara lain Al-Jabr Wa Al-Muqabala dan
dari sinilah muncul istilah aljabar – penyelesaian. Dan juga menyebarkan
Algoritma dari kata Al-Khawarizmi.
Dan
dari sinilah bangsa-bangsa di belahan dunia lain akan mengikuti sistem bilangan
arab yang baru. Bilangan yang terdiri atas sepuluh tanda. Dan akhirnya angka nol
pun muncul dan selesailah perjalanan kita. Dan kita tetap belum tahu secara
pasti apakah angka nol pertama muncul di India ataukah di Andalusia ataukah di
Arab. Namun suatu hal yang pasti, ia baru muncul pada abad – minimal – VI atau
bahkan lebih. Wallahu ‘alam.
Dalam matematika modern sekarang ini, kita sudah terbiasa dengan nol
sebagai nomor. Sulit untuk percaya bahwa sistem bilangan yang paling kuno tidak
termasuk nol. Peradaban Maya mungkin telah termasuk orang pertama yang memiliki
simbol untuk nol. Orang-orang suku Maya berkembang di semenanjung Yucatan,
Meksiko sekitar 1300 tahun yang lalu. Mereka menggunakan sebagai pengganti angka, dalam sebuah sistem
tempat-nilai vertikal. Hal ini dianggap sebagai salah satu prestasi terbesar
budaya mereka.
Bangsa Mesir kuno, Roma, dan Yunani sama-sama tidak memiliki simbol
untuk nol. Dalam geometri Yunani, nol dan bilangan irasional tidak
memungkinkan. Orang-orang Yunani membuat langkah besar dalam matematika, tapi
semuanya dilakukan dengan sistem nomor tanpa nol. Astronom Yunani Ptolemeus
(ca. AD 150) adalah orang pertama yang menulis nol pada akhir nomor. Untuk ini,
ia menggunakan simbol lingkaran.
Dalam sejarah Babilonia kuno, tidak ada penggunaan nol. Di Babilonia
zaman berikutnya atau selama periode Seleukus, simbol khusus, yang juga
digunakan sebagai tanda pemisahan antara kalimat, mulai digunakan untuk nol.
Ada kemungkinan pasti bahwa Bailonia menggunakan tanda ini untuk menandai nol
dalam angka, sejak akhir abad kedelapan SM. Sampai zaman Aristoteles, tampaknya
tidak ada bukti bahwa Babilonia pernah menganggap nol sebagai nomor.
Aristoteles membahas pembagian dengan nol sehubungan dengan kecepatan melalui
ruang hampa.
Selama Zaman Kegelapan, matematika Barat terhambat oleh sistem
penomoran tradisional Romawi. Yang pertama berpikir secara berbeda adalah
Leonardo Fibonacci. Dia adalah putra seorang saudagar yang lahir di kota Pisa,
Italia, pada akhir abad kedua belas. Di Pisa, ia mempelajari karya Euclid dan
matematikawan Yunani lainnya. Ketika ia masih remaja, ia pindah ke kota Muslim
Bugia, di Afrika Utara. Di sana dia memeriksa kulit dan bulu sebelum mereka
dikirim kembali ke Pisa. Leonardo mendapat pendidikan dalam budaya Arab saat ia
berkeliling ke Konstantinopel Mediterania, Mesir dan Suriah. Dia mengakui bahwa
angka-angka Hindu-Arab, angka-angka yang kita pakai sekarang, lebih tinggi dari
angka Romawi ia pelajari saat dibesarkan di Barat.
Pada abad keenam, matematikawan di India mengembangkan sistem
nilai-tempat. Mereka memperkenalkan konsep nol untuk menjaga simbol-simbol
mereka di tempat yang benar. Pada abad ketujuh, para sarjana Hindu Islam
memperkenalkan ide-ide dari nol dan nilai-tempat. Ide-ide ini menyebar dengan
cepat di seluruh dunia Arab. Enam abad kemudian, Fibonacci begitu terkesan
dengan kemudahan angka Hindu-Arab sehingga ia menulis sebuah buku berjudul
Liber Abaci.
Para pedagang lokal Pisa, kelas perdagangan, mengabaikan buku
Fibonacci. Mereka berkubang dalam kemakmuran, dan tidak mau berhenti
menggunakan angka Romawi dan menggantinya dengan penggunaan angka nol.
teman-teman Ferbonacci menyukai sistem nomor baru tersebut dan perlahan-lahan
mulai meninggalkan penggunaan angka Romawi. Pada abad ke lima belas, angka itu
mulai muncul di koin dan batu nisan. Matematika Barat mulai bangkit dari Abad
Kegelapan, dan berkembang menjadi sistem nomor baru dengan nol, angka
Hindu-Arab. Kemajuan segera dalam matematika setelah waktu itu adalah bukti
pentingnya, angka nol.
Nol mempunyai dua
fungsi yang sama-sama penting tetapi berbeda dalam beberapa hal.Fungsi pertama
ialah tempat yang kosong mengindikasikan pada sistim angka nilai – posisi
kita.Oleh karena itu, pada angka seperti 2106 nol di gunakan agar posisi 2 dan
1 benar.jelasnya 216 berarti sesuatu yang berbeda. Fungsi ke 2 dari nol adalah angka itu sendri
pada bentuk yang kita gunakan seperti 0. Perbedaan yang ada pada dua fungsi
tersebut adalah pada penamaan konsep,system penuliosan, dan namanya.
Kita mungkin berfikir
bahwa system nomor-tempat yang meminculkan wujud 0 Sebagai bentuk kosong adalah
gagasan penting,namun bangsa Babylonia. Mempunyai system nomor-tempat tentang
hal ini selama lebih dari seribu tahun (11). Hal ini dapat dibuktikan
berdasarkan teks asli yang selamat dari era matematika bangsa Babylon. Bangsa
Babylon menulis pada papan yang terbuat dari tanah liat.Banyak papan yang
selamat pada tahun 1700SM dan dapat kita abaca teks aslinya. Tentu saja ada
system penulisan yang berbeda dengan system kita (tidak berbasis 10 tetapi 60)
tetapi utuk menerjemahkan pada system penulisan kita tidak begitu bebeda antara
2106 dan 216 ( konteksnya harus dapat memperlihatkan apa yang di harapkan).
Tidak sampai,sekitar,tahun 400SM bangsa Babylon menaruh 2 perubahan symbol di
tempat kita menaruh 0 untuk mengindikasikan yg seperti 216 atau 21” 6
Sebuah papan yang di
perkirakan di byuat sekitar tahun 700SM menggunakan 3 hook (membentuk
bengkokan) untuk menandai tempat yg kosong. Hal ini adalah ciri yang biasa
untuk menandai bagian yang kosong.Hal ini membuktikan bahwa tidak pernah trjadi
pada akhir digit tetapi selalu antara 2 digit. Jadi walaupun kita menemukan 21
“ 6 kita tidak pernah menemukan 216”.
Bangsa Yunani juga
berpandapat bahwa 0 sebagai penanda tempat yg kosong.Akan tetapi, bangsa Yunani
tidak mengadopsi system posisi angka bangsa Babylon.Karena matematika Yunani
berdasar pada Geometri. Dengan kata lain matematika Yunani tidak perlu
menamakan angka mereka. Angka yang diberi hanya di gunakan pada pedagang, bukan
matematika, sebab itu tidak perklu system penulisan yg baik.
Ada pengecualian pada
apa yg di ungkapkan di atas. Pengecualiannya terdapat pada ahli matematika yang
bergerak dalam bidang perekaman data astronomi. Disini dapat di temukan
penggunaan pertama suastu symbol yg kita kenal dengan nol,astronomi yunani
mulai menggunakan symbol nol. Ada beberapa teori muncul tentang mengapa symbol
ini yang di gunakan . beberapa sejarawan berpendapat bahwa symbol tersebut
adalah omicron, huruf pertama dalam aksara Yuanni tidak ada yang di namakan “
ouden”. Neugebaeur menentang penjelasan tersebut karena bangsa Yunani
menggunakan omicron sebagai anagka penjelasan lain termasuk fakta bahwa hal ini
mewakili “ obol”, sebuah koin yang
hamper tak berharga, dan ini munculm pada saat logam kecil di gunakan untuk
menghitung di papan pasir. Yang di ingunkan ialah ketika uang logam di pindah
untuk meninggalkan kolom yang kosong ia meninggalkan tekanan pada pasir yang
berbentuk pada 0.
Sekitar tahun 500 M
Aryabhata merancang system angka yg belum terdapat angka nol. Yang menggunakan
kata “kha” untuk posisi dan selanjutnya di gunakan dengan untuk nol. Ada bukti
yang memunculkan bahwa titik di gunakan pada awal manuskrip india untuk
menandakan tempat yg kosong pada system penulisan cukup menarik dokumen yang
sama kadang kadang di gunakan titik untuk menandakan hal yang tidak di ketahui
yang biasanya kita gunakan x. belakangan matematika India mengsahkan nol pada
posisi angka namun belum ada symbol yg mewakilinya.
Sekarang dibahas
tentang pemutusan nol sebagai angka. Dari
zaman dulu angka adalah kata yang mewakili koleksi pada objek. Pastinya gagsan tentang agka menjadi sagat
abstrak dan abstraksi ini memungkinkan untuk kemunulan nol dan anka negative
yang tidak ada pada koleksi sifat objek. Tentusaja masalah yang timbul ketika
seseorang mencoba untuk mempertimbangkan nol dan negative sebagai angka adalah
bagaimana bergabung dalam brhubungan pada oprasi aritmatik, substraksi
tambahan, multiplikasi dan divisi.
Brahmagupta mencoba
memberikan aturan pada aritmatika dengan melibatkan angka ol dengan negative
pada abad ke 7. Ia menjelaskan bahwa menentukan angka dan jika kamu
mensubstraksinya sendiri maka kamu mendapat nol. Ia memberikan peraturan
tambahan yang berhubungan dengan nol sbb :
The sum of zero ang a negative number is
a negative, the um of positif number and zero is positive, the sum of zero and
zero is zero
jumlah angka nol dan negative adalah
negative, jumlah angka positif dan nol adalah positif,jimlah old an nol adalah
nol.
Substraksi terlihat
lebih keras :
A negative number subtracted from zero is
positive, a positive number subtracted from zero is negative, zero subtracted
from a negative umber is negative, zero subtracted from positif number is
positive, zero subtracted from zero is zero.
Angka negative di
substraksikan dari nol adalah positive, angka positif substraksikan dari nol
adalah negative, nol di substraksikan dari angka positif adalah negative, nol
di substraksikan dari nol adalah nol
Sebenernya Brahmaupta
berkata sangat sedikit ketika ia mengemukakan bahwa n dibagi nol adalah n/0. Ia
salah ketika ia megklaim bahwa nol dibagi nol adalah nol. Akan tetapi, adalah
suatu percobaan yang jenius dari orang pertama yang kita tahu mencoba untuk
mengembangkan aritmatika pada angka negative dan nol.
Pada 830 Mahavira
menulis Ganita Sara Samgraha yang terbuat untuk memperbarui buku Brahma
Gupta.Ia menyatakan bahwa
… a number multiplied by zero is
zero,and a number remain the same when zero is substracted from it.
Angka
yang dikalikan nol hasilnya nol,dan angka akan tetap sama apabila tetap
disubtraksikan dengan angka tersebut.
Bagamanapun jugaia
mencoba memperbaikipernyataan Brahmagupta tentang pembagian nol yang
terlihatbanyak membuat kesalahan.Ia menulis :
A number remain unchanged when
divided by zero.
Angka
tetap sama apabila dibagi dengan nol
Bhaskhara menulis lebih
dari 500 tahun setelah Brahmagupta.Ia menulis
A quantity devided by zero becomes
a fraction the denominator of which is zero.This fractionis temed aninfinite
quantity.in this quantity consistingof that whichhas zero for its divisor,there
is no alteration,though many maybe insertedor extracted ;as no change takes
place in theinfinity and immutable God when worlds are created or
destroyed,though numerous orders of beings areabsorbed or put forth.
Banyaknya
pembagian nol menjadi penyebut bilangan pecahan adalah nol.Bilangan pecahan ini
mempunyai batas yang tidak terbatas.Dalamjumlah ini terdiri dari nol sebagai
penyebut,tidak ada perubahan,Walaupun banyak yang dimasukkanatau
dikeluarkan : tidak ada perubahan pada
Tuhan yang tidak terbatasdan tidak dapat digantikan ketika dunia diciptakan
atau dihancurkan,walau banyak sekali pesanan yang diserap maupun dikeluarkan.
Maka Bhaskharamencoba
untuk memecahkan sebuah masalah dengan menulis n/0=.Dilihat pertama kali
kita terbujuk untuk percaya bahwa Bhaskhara benar,tetapi tentu sajaia tidak
benar.Apabila benar waktu 0 adalah harus
sejajar dengan angka n, maka semua
angka sejajar.Matematika India tidak menyimpulkan padahal pembenaran bahwa
sesuatu tidak dapat dibagi dengan 0,Akan tetapi Bhaskahara juga mempunyai
pernyataan yang benar seperti 02=0 dan 0=0.
Bangsa maya yang hidup
diAmerika tengah ,yang sekarangfdikenal Meksiko selatan,Guetemala,dan Utara
belize.Pada tahun 665mereka menggunakan sisitem angka nilai tempatdengan
nilaidasar 20 dengan menggunakan simbol nol.
Suatu kerja yang jenius
dari matematika India dikirimkan matematikawan Islamis dan Arabis jauh ke
barat.Inilah awal bagi Al-Khwarizmi yang menulis Al’Khwarazimi on the Hindu Art
of Reckoning yang menggambarkan sistem angka place-value dengan nilai dasar
1,2,3,4,5,6,7,8,9,dan 0.Hasil inilah yang digunakan oleh Irak dimana 0 dianggap
sebagai awal dari system penulisan.Ibn Ezra pada abad 12 menulis sebuah buku
yang membaas secara mendalam tentang angka yang membantu simbol bangsa india
dan gagasan pecahan bilangan desimal
manjadi suatu perhatian bagi para
pelajar Eropa. The book of the number
menggambarkan sistem decimal untuk bilangan bulatyang system place-value nya
dari kiri ke kanan.Pada hal ini ibn Ezra menggunakan nol yang mereka sebut
galgal (berarti roda atau lingkaran) pada akhir abad ke 12 al-Samawal menulis :
If we subtract apositif number from zero
the same negative number remains….If we subtract a negative number from zero
the same positive number remains.
Jika
mensubtraksikan angka positif dari nolangka negative yang sama akan tetap …
jika kita akan mensubtrasikan angka negative dari nol angka positif yang sama
akan tetap.
Gagasan orang India
menyebar dariutara ke Cina seperti barat ke Negara islam.Pada tahun 1274
matematikawan cina Hi’in Chiu-shao menulis mathematical tratise in nine section
yang menggunakan symbol 0 untuk nol.Selanjutnya di tahun 1303,Chu nih- chieh
menulis cermin batu pernata hijaudari empat elemen yang menggunakan symbol 0
untuk nol.
Tentu saja adamasalah
yang ditimbulkan oleh nol.Baru saja
orang merayakan millennium baru pada 1 januari 2000.Tentu saja mereka merayakan
setelah melewati 1999 tahun sejak kalender terbuat walaupun tidak ada tahun
nol. Walaupun seseorang dapat memahami kesalahan tersebut,sangat mengejutkan
bahwa banyak orang tidak dapat mengerti mengapa millennium ketiga dan abad 21
dimulai pada 1 januari 2001.Nol masih menyisahkan masalah.
0 comments:
Posting Komentar